Wednesday, April 4, 2018

REVIEW FILM TERBARU: INSIDIOUS 4 DAN FILM LAINNYA



Hai guys, lama ya gue nggak review film di sini. Pada dasarnya emang dah lama nggak ngeblog sih. Kali ini gue akan me-review beberapa film yang keren menurut gue. Nggak banyak sih kali ini, cuman 4 film aja, yakni: “Insidous: The Last Key”, “Frailty”, “The Body”, dan “Life”


INSIDOUS 4: THE LAST KEY – NOT DISAPOINTING AT ALL


Sebenarnya gue pengen bahas film ini pas anget-angetnya baru tayang di Indonesia, soalnya gue sempet nonton di CGV. Tapi karena kesibukan kerjaan gue, ditambah lagi gue nggak punya laptop, makanya keinginan itu akhirnya terkubur dalam-dalam dan nggak sempet terealiasikan hiks. Padahal siapa tau berkat review gue yang positif film itu bakalan meraih box office di Indonesia (halah pede amat).

Insidious Chapter 4 ini masih berkutat pada sosok Elise Reiner yang menjdi andalan franchise ini. Agak aneh ya kalo dipikir-pikir, soalnya film pertama Insidous (yang keren banget) mengisahkan perjalanan bocah berindera keenam bernama Dalton dan keluarganya. Namun, malah sosok paranormal (yang baru muncul di pertengahan cerita) ini malah jadi sosok utama yang muncul di tiap sekuel (dan prekuel)-nya. Mungkin karena lebih likable ya, apalagi akting Lin Shaye, aktris pemerannya, juga nggak pernah mengecewakan.

Kali ini seri terbaru Insidious akan mengupas masa lalu Elise yang memiliki ayah yang abusive serta pengalamannya yang mistis dan kelam ketika ia pertama kali menggunakan kekuatannya di rumah lama milik keluarganya. Cerita berlanjut ketika puluhan tahun kemudian ketika ia mendapatkan kasus paranormal yang terjadi di bekas rumah keluarganya. Elise pun harus menghadapi iblis yang menghantui rumah tersebut serta berdamai dengan masa lalunya.

Gue heran kenapa banyak yang mereview film ini jelek. Bahkan di Rotten Tomatoes, film ini cuma memdapat skor 31% which is really low. Padahal gue menikmati setiap detik film ini. Cerita film ini emang nggak serumit atau se-berbobot film horor lain. Penokohannya-pun bisa gue bilang dangkal (apalagi keponakan-keponakan Elise yang menurut gue cuman numpang “nongol” doang tanpa karakter yang dalam). Padahal jika sebuah film nggak memiliki alur cerita yang terlalu bagus, biasanya hal itu akan “dimaafkan” penonton apabila tokoh-tokohnya memiliki karakter yang rumit dan latar belakang yang menarik, apalagi jika dibarengin akting yang emosional dan memukau.

Akan tetapi menurut cerita, Insidious Chapter 4 ini sudah tergolong lumayan, bahkan lebih bagusan “Anabelle: Creation” yang memiliki rating memuaskan. Ada plot twist di pertengahan cerita dan (mengutip komentar salah satu member grup Line MBP yang membahas film ini) memiliki ending yang logis.

Mungkin salah satu nilai minus dari film ini adalah kurangnya “jump scare”, nggak seperti “Conjuring” ataupun “Anabelle: Creation” yang pernah gue review sebelumnya. Memang ada satu “jump scare” yang menurut gue amat brilian, mengagetkan, dan menurut gue “ikonik” seperti jump scare legendaris film Insidious yang pertama (tau kan yang mana hehehe). FYI, sebelumnya, pas baca review-review dari blogger lain, gue udah dapat bocoran “jump scare” itu bakalan terjadi di adegan mana, tapi yang amazing tetep aja adegan itu bikin gue jantungan.

Kekurangan lain yang membuat film ini di-review cukup buruk adalah monster-nya. Yak, monster di film ini memang nggak terlalu meyakinkan, bahkan bisa dibilang agak konyol. Malah masih kalah sama “Scarecrow” di “Annabelle: Creation”, padahal he’s not even the main demon they fought with.

Tapi secara keseluruhan, film ini sangat menghibur gue dan gue sama sekali nggak nyesel nonton film ini. Gue bahkan berani ngasi 4 CD berdarah dari total 5 CD berdarah. Hmmm … skor yang cukup tinggi bukan? Intinya, gue nggak peduli ama review-review di luar sana yang memberikan skor jelek pada film ini. Gue punya sudut pandang yang berbeda dan I truly enjoy every second of it.

[030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B43%5D][030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B43%5D][030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B43%5D][030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B43%5D]

NB: kayaknya emang yang namanya selera orang beda-beda ya. Seabis nonton film ini (yang ratingnya jelek), gue nonton”Jumanji: Welcome To The Jungle” yang punya rating tinggi dan recommended banget ama temen-temen gue. Tapi seabis kelar nonton, gue malah kecewa banget karena menurut gue filmnya jelek banget. Ceritanya biasa-biasa aja, komedinya nggak lucu-lucu amat, serta CGI-nya juga nggak keren-keren amat. Bahkan kalo gue bandingin ama Jumanji versi lama, masih kalah jauuuuuuh banget, karena at least Jumaji yang diperanin Robin Williams dulu punya segudang pesan moral, yang nggak gue dapat satupun di film ini. But well, everyone has different choices. In the end, faktor nostalgia juga cukup mempengaruhi penilaian gue terhadap film itu.

LIFE – TERROR IN SPACE (NOT SO BAD)



Film ini juga barusan rilis kok 2017 lalu. Gue pertama kali tertarik melihat film ini karena dibintangi aktor bernama besar seperti Jake Gylenhaal dan Ryan Reynolds. Dan review-nya juga bagus serta menjanjikan sesuatu yang gue jadi pertimbangan utama gue nonton film, yakni plot twist.

“Life” menceritakan pesawat luar angkasa yang berada dalam perjalanan kembali ke Bumi setelah menemukan sebuah bentuk kehidupan baru di Mars. Makhluk “slime” yang mereka temukan diberi nama Calvin. Namun tak ada yang menduga, Calvin justru membuat kekacauan di pesawat luar angkasa tersebut dan membunuh para kru-nya satu demi satu. Kini tergantung pada kru yang tersisa untuk mencegah Calvin masuk ke atmosfer Bumi dan menimbulkan lebih banyak korban.

Film ini gue akui cukup keren, walaupun plotnya biasa-biasa aja sih menurut gue. Kalo kata anak-anak zaman sekarang “B aja sih” (HALAH). Tapi lumayan-lah buat hiburan. Ada dua plot twist utama di film ini. Plot twist pertama bikin gue tepok jidat, sementara yang kedua udah bisa gue tebak. Namun gue suka banget ama penokohan karakter yang diperankan Jake Gylenhaal di film ini serta latar belakang kenapa dia lebih suka jadi astronot ketimbang tinggal di Bumi.

In the end, gue kasih film ini 3,5 CD berdarah dari 5 CD berdarah. Yay!


[030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B43%5D][030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B43%5D][030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B43%5D] 

FRAILTY – A COOL PSYCHOLOGICAL HORROR


Gue kenal ama film ini karena review dari OA Tukang Review yang didapuk oleh Daffa, salah satu ex-member (halah kayak boyband aja) Grup Line MBP. Kalo kalian punya Line, silakan add aja OA ini, soalnya Daffa penggemar film horor juga. Gue percaya banget ama rekomendasinya Daffa ini, soalnya kalo dia ngomong film itu bagus, ya berarti film itu beneran bagus hehehe.

Gue nggak pernah denger film “Frailty” ini, padahal pemerannya adalah aktor Hollywood papan atas, Matthew McCounaghey (yah walaupun munculnya bentar sih). Kalo nggak berkat rekomendasi Daffa, gue nggak bakal ngelirik film ini kali ya? Ceritanya berkisar pada sebuah keluarga yang awalnya hidup bahagia, hingga suatu malam, sang ayah menceritakan pada keluarganya bahwa ia mendapat misi dari Tuhan untuk menjadi pembunuh berantai. Satu dari anaknya, yakni Fenton mengikuti apa yang diperintahkan ayahnya, bahkan membunuh atas perintah ayahnya. Namun anak bungsunya, yakni Adam, meragukan “visi” yang diterima oleh sang ayah.

Film ini awalnya biasa-biasa aja. Kita akan dengan mudah menduga bahwa sang ayah menderita skizofrenia atau gangguan kejiwaan lain dan mulai bersimpati dengan kedua anaknya. Namun revelasi-revelasi lain mulai terungkap dalam bentuk plot twist yang sungguh bikin gue kaget dan endingnya pun di luar dugaan gue. Pokoknya jika kalian penggemar film dengan segudang plot twist, gue sangat merekomendasikan film ini.

Gue kasih nilai 4 dari total 5 CD berdarah.

[030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B43%5D][030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B43%5D][030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B43%5D][030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B43%5D]

THE BODY – ANOTHER SPANISH MASTERPIECE


Film-film horor Spanyol biasanya nggak mengecewakan, semisal “REC” dan film-film besutan Guilermo del Toro. Karena itu, ketika ada rekomendasi dari OA Tukang Review untuk menyaksikan film berjudul asli “El Cuerpo” ini, gue sama sekali nggak merasa ragu.

Film thriller besutan sutradara Oriol Paulo ini mengisahkan seorang dosen muda bernama Alex yang kesuksesannya selalu dibayang-bayangi oleh istrinya, Mayka yang lebih dominan dan lebih tajir. Apalagi setelah Alex menemukan cinta baru di sosok salah satu mahasiswinya yang cantik bernama Carla. Akhirnya, demi menyembunyikan perselingkuhannya dengan Carla, Alex berniat untuk membunuh istrinya sendiri.

Namun celakanya, jenazah istrinya tiba-tiba menghilang dari rumah sakit, sedangkan rekaman CCTV menunjukkan sang penjaga kamar mayat terlihat ketakutan, seolah-olah melihat mayat hidup. Apakah sang istri bangkit dari kematian untuk meneror sang suami? Ataukah ada konspirasi rumit di balik semua kejadian aneh itu?

Film ini menegangkan dan menurut gue sangat memuaskan. Misteri demi misteri diungkap secara perlahan hingga klimaksnya yang bener-bener penuh plot twist. Yang unik dari film ini, justru yang menjadi tokoh utama adalah sang tokoh antagonis, yakni sang suami yang sudah tega membunuh istrinya sendiri (selingkuh lagi). Film ini juga nunjukin, untuk menjadi sebuah film horor yang menegangkan dan menakutkan, nggak perlu keluar darah-darahan, cukup permainan psikologis aja.  Overall, film ini sama sekali nggak mengecewakan dan gue berani kasih nilai tinggi hingga 4,5 CD berdarah buat film ini.

[030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B43%5D][030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B43%5D][030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B43%5D][030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B43%5D]

Sekian guys review dari gue. Dikit ya hehehe. Soalnya di bulan April ini gue nggak konsen di review film aja, namun juga pengen review serial horor ama buku juga. So enjoy.

NB: sumber gambar http://www.imdb.com/

2 comments: