Thursday, October 13, 2011

ITINERARY SOLO (2 hari, 1 malam)

Ini lanjutan postinganku yg kemaren, soal jalan2 ke Solo. Ini dia itinerary-nya (khusus kalian yg suka hunting foto).
  • Nyampe Solo sbt pagi, lalu lgs menikmati wisata alam dan candi ke Tawangmangu.
  • Sabtu sore balik ke Solo, lgs menuju pasar malam Ngarsopuro smbl kongkow2. Selain belanja dan nongkrong, kalian jg bs foto2 di koridor Ngarsopuro yg dipenuhi artwork. Tp yakinkan kamera kalian beresolusi tgg atau ada flash-nya, soalnya gelap (kn malam). Kl kalian beruntung dtg pas ada acr di sana, kalian jg bs disuguhi hiburan musik. Pilihan lain kalian bs wisata kuliner di Galabo Gladag (dpn PGS). Atau dua2nya jg blh, di Ngarsopuro ada sih yg jual makanan tp lbh manteb di Galabo. Kl nggak ada kendaraan bs naek becak.
  • Mgg pagi menikmati Car Free Day dr jam 6 mpe jam 9. Secara acaranya Car Free Day, kalian nggak bs naik kendaraan, tp keuntungannya kalian bs foto2 di tempat2 asik di sepanjang city walk Slamet Riyadi. Knp harus pas Car Free Day? Soalnya kl naek kendaraan bakalan srg berenti2 (parkirnya bok). Lagian kl jalan, byk temennya kok, jadi nggak berasa. Aku saranin mulai dr arah barat ke timur (jgn jauh2 nt capek, mulai aja dr SGM, kl laper di pinggir jln byk yg jual makanan), Finish ke keraton Kasunanan, kalo mau lanjutin dikit ke balai kota ampe Pasar Gede (cr sarapan disana). Jgn lupa mampir Pasar Klewer atau kampung batik Kauman untuk berburu batik. Kl pengen suasana yg lebih nyaman, bs belanja di Pasar Grosir Solo, letaknya deket kok.
  • Setelah mampir keraton Kasunanan, bs lanjut ke Pura Mangkunegaran (tp perhatiin jam bukanya, kl tll siang kayaknya nggak bs), lalu ke Monumen Pers, Taman Balekambang, finish kampung batik Laweyan.
  • Capek, plg deh (ke manapun rmh kalian, hehehe).

BACKPACKING KE PANTAI BARON

 
Baron adalah nama sebuah pantai di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Ada banyak sich pantai di daerah Yogyakarta, tapi yg bs dicapai pke kendaraan umum ya cuma Pantai Baron ini. Kuhabiskan waktu 12 jam backpacking ke pantai ini dengan rincian 2,5 di pantai dan sisanya habis bt perjalanan. Jalur yg kulewati adalah stasiun Solobalapan – stasiun Maguwo (bandara) – terminal Giwangan – terminal Wonosari – Pantai Baron. Jujur, aku agak kecewa karena airnya tak sebiru dugaanku, tp banyak pengalaman yg kudapatkan selama perjalanan ini. Begini ceritanya (lho kok jd kyk cerita horor?)

Jam 05.35 kereta Pramex berangkat dr stasiun Balapan dg seorang backpacker pemula di dalamnya sbg tokoh utama (which is me, of course). Jam 6.30 kereta akhirnya nyampe di stasiun Maguwo di bandara Adi Sucipto, Yogya. Kenapa aku memilih turun di situ? Well, pertama supaya kedengaran keren kl bokapku telpon, “Pah, lg di airport nih.” (padahal naek pesawat aja blm pernah). Hehehe, itu alasan nggak pentingnya. Alasan pentingnya, halte bus trans di sini sangat mudah dijangkau karena ada di parkiran bandara (parkiran mobil tentunya, bkn parkiran pesawat). Kl turun di stasiun Tugu atau Lempuyangan harus jalan lumayan jauh ke halte bus trans.

Halte bus trans di bandara terletak di samping Circle-K. Karena mengejar waktu spy tdk kesiangan sampai ke pantai, tdk ada waktu untuk lari bugil di sana dan aku lgs membeli tiket bus 3rb. Bus yg kunaiki ke terminal Giwangan adl terminal 3B. Di sepanjang jalan mataku dimanjakan oleh bangunan tua khas Jawa krn bus ini melewati kawasan Kotagede.

Sesampainya di terminal Giwangan, aku cukup terperangah karena terminal ini tampak gres dan megah. Sayang aku tak sempat memfotonya. Setelah membayar retribusi 200 perak, aku lg naik bus jurusan Wonosari. Saat aku naik busnya masih lengang dan banyak penjual makanan menjajakan dagangannya sampai ke dlm bus. Jam 07.20 bus akhirnya berangkat.

Jujur, bus adalah sarana transportasi yg plg tdk kusuka. Kenapa? Bkn krn mabok sih alasannya, tp krn bus adl angkutan yg plg nggak aman, apalagi urusan copet. Karena itu selama perjalanan, aku hanya mengantongi uang secukupnya dan menyembunyikan dompetku di dalam tas. Saking tersembunyinya, jangankan copet, aku aja nggak bs nemuin dompetku, payah. Tarif bus hanya 6rb sampai terminal Wonosari plus bonus yang tak terduga, yaitu pemandangan indah krn rupanya bus ini melewati daerah pegunungan. Saranku kl kalian berangkat, duduklah di barisan sebelah kanan krn pemandangannya lbh menakjubkan. Aku smpt bbrp kali mencoba memfotonya, tp gagal krn bus terus bergerak dan kdg2 pemandangannya tertutup pepohonan. Dah kayak turis aja nih aku di dalam bus. Batin para penumpang bus lainnya: “Ngapain nih turis naek bus reyot gini?”.

Tempat duduknya lmyn spesial, soalnya kaca jendela sampingku rupanya berfungsi sbg rem, soalnya tiap kali diketuk2 pake uang receh, busnya lgs berhenti. Hebat benar teknologi di Indonesia, aku yakin org Jepang aja kalah.

Btw buat informasi aja, krn aku berasal dr kota Solo maka aku selalu travelling sendirian sbg solo backpacker (maksa bgt alasannya). Aku yakin dg backpacking sendirian bs melatih mental yg bakal berguna kl kita udah nikah nanti (lah, apa hubungannya?).

Sepanjang perjalanan aku merasa sangat mengantuk krn tidurku kemaleman. Namun kuusahakan agar aku tidak tertidur, coz I don’t wanna miss a thing (bibir vokalisnya Aerosmith mode on). Kl kebablasan gr2 ketiduran bs kacau nt. Yah, itulah resikonya backpacking sendirian.

Jam 9.15 akhirnya bus reyot ini sampai di terminal Wonosari. Karena kelaparan, akhirnya aku mencari warung makan. Aku menemukan satu warung di depan terminal yang menawarkan nasi goreng seharga 6rb. Daripada mati, akhirnya aku pesan satu. Awalnya aku pikir harganya agak kemahalan, namun setelah mengetahui porsi nasgor-nya segede bagong gini, ya pantes lah.
Setelah membayar nasgor yg tak sempat kuhabiskan, akhirnya aku menemukan sebuah minibus menuju Baron. Kl ingin mencari minibus ini, keluarlah dari terminal dan berjalan ke sebelah kiri. Minibus jurusan Baron biasanya ngetem di depan pos polisi sebelum gang. Begitu masuk, aku hanya bisa pasrah menerima nasib kepanasan di minibus terkutuk ini. Belum jalan aja udah sepanas ini, gimana kl mesinnya dah dinyalain?

Sepanjang perjalanan hatiku cukup berdebar-debar karena jalanannya yang naik turun. Aku juga mengamati kl para penumpang minibus ini sepertinya sudah kenal satu sama lain (bahkan ada yg slg bayarin). Ini persis yg kubaca di salah satu blog yang mengupas backpacking ke Pantai Baron. Dugaanku mereka semua mencari nafkah berjualan di pantai Kukup. Untuk menumpang minibus ini, aku harus membayar lbh mahal drpd penumpang lainnya yaitu 10 ribu (padahal di blog aku baca cuma 7rb, tp ya nggak apa-apa lah, itung2 rezeki org).

Aku sampai di pantai sekitar 10.30. Karena naik kendaraan umum, aku tak perlu membayar retribusi lg untuk masuk ke pantai ini. Begitu sampai aku lgs shock, “Buseeeet rame bgt?”
 
Karena aku nggak begitu suka suasana ramai, akupun memutuskan untuk melewati pantai ini dan menuju ke Pantai Kukup. Untuk menuju ke Pantai Kukup, kita bisa melewati jalan setapak di tebing sebelah kiri pantai. Jalan masuknya ini nih:

 
Untuk melewatinya kita harus membayar retribusi seribu rupiah. Tangganya terbuat dari kayu dan bambu yang sudah reyot. Wah, benar-benar menguji nyali nih. Aku lgs berasa kyk berada di petualangan Indiana Jones mencari tengkorak kristal. 

Seperti ini pemandangan di Pantai Baron dilihat dari atas. Banyak kapal nelayan warna-warni. Tapi hati-hati di sini, soalnya di sisi kalian ada jurang yang sangat curam tanpa pagar pembatas. Di sini juga banyak tower pemancar. Pasti pemandangannya jauh lebih bgs dari atas sana hehehe, tapi taruhan nyawa.



 Ada yang unik di sini, yaitu penjual makanan di sisi tebing yang menawarkan pemandangan bagus.
 
Oya, laut Selatan terkenal sekali dengan mitos Nyi Roro Kidul. Yang suka bgt sama sinetron dubbingan pasti dah nggak asing dg nama itu. Nyi Roro Kidul dikenal sbg penunggu laut Selatan dan gemar menculik orang yang memakai baju hijau. Waduh, untung aku pakai baju hitam, kl nggak “Jangan, Nyi. Tolong jangan culik saya!” (suara didubbing).

Lebay ya, tapi bukan Nyi Roro Kidul saja lho yg harus kalian khawatirkan disini. Laut Selatan juga terkenal dengan ombaknya yg ganas. Karena itu tidak dianjurkan untuk berenang disini. Kalo kalian tenggelam atau hanyut, yakin aja deh nggak bakal ada Bondi Rescue yg nyelamatin kalian.

Kok mlh ngelantur kmn2 blognya, hehehe. Jalan setapak menuju Pantai Kukup semakin curam dan curam. Namun suara deburan ombak di kejauhan tetap membuatku bersemangat 45 untuk menjelajahi tempat ini.

Akhirnya perjalananku tak sia-sia. Baru beberapa menit jalan, aku menemukan sebuah private beach dr kejauhan. Tak tampak satu pengunjung pun di sana. Aku langsung tahu sebabnya, ternyata jalan untuk menuju ke pantai itu tidak terlihat. Akhirnya dengan mencari jalan sendiri dengan menyelinap di antara semak-semak pandan laut (nama latin: Pandanus tectorius, sebagai catatan: DAUNNYA BERDURI). Akhirnya dengan bekas goresan di sana-sini aku berhasil sampai di pantai itu. Horeee! Ini fotonya!
 
Ada buah pandan yang terjatuh di pasir. Belum pernah liat kan kalian?
 
Pasir-pasir ini rupanya tak tersentuh ombak laut, karena terhalang karang. Heran, banyak banget karang ya, apa ini pas air laut lagi surut? What the hell, akupun langsung menjelajahi pantai dan menemukan biota laut yang beberapa tampak menjijikkan shg tak tega jika kupasang di blog-ku. Mereka sejenis hewan laut yang menempel di karang sepertinya. Aku juga menemukan ikan-ikan kecil, kepiting, sejenis siput tanpa cangkang, dan kelabang laut ini.


 
Aku harus berhati-hati berjalan di atas batu karang ini karena licinnya. Aku sih nggak masalah kl jatuh, tp bs berabe kl hapeku yg harganya sebulan gaji kecebur ke laut.

Foto ini menunjukkan keganasan ombak pantai Selatan.

 
Setelah puas menjelajahi pantai kecil ini, akupun berniat melanjutkan perjalanan. Di sini aku malah menemukan jalan setapak menuju ke atas yang aman dari duri-duri pandan laut. Sial, kenapa nggak dari tadi sih? Padahal tadi sudah mempertaruhkan nyawa dan kegores sana-sini.

 
Akupun mengikuti jalan setapak menuju pantai berikutnya. Di pantai ini ada batu-batu karang gede seperti ini
 
Pasirnya sangat halus, seperti merica. Nah, dari pantai ini bisa dilanjut sebenarnya ke pantai Kukup. Pantai Kukup aja dah bisa keliatan dari sini. Namun rutenya lumayan beresiko, soalnya melewati batu-batu karang ini.
 
Awalnya aku pengen motong jalan lewat sini, daripada naek ke jalan setapak yang tadi. Tapi belum jauh sudah kurasakan ombak menerpaku sampai ke paha. Karena nggak berani (secara nggak bs renang), akhirnya kuputuskan lewat jalur yang jauh tapi lebih aman.

Di perjalanan, aku mampir sebentar ke puncak sebuah bukit untuk melihat pantai dari ketinggian. Ini nih pantai yang tadi kukunjungi dilihat dari bukit tersebut.
 
Dan ini foto Pantai Kukup dari atas. Ada semacam gazebo yg dibangun di atas karang, biar mirip2 Tana Lot kali ya?

 
Aku kembali turun dan menapaki jalan setapak hingga akhirnya berada di Pantai Kukup. Pantainya gede dan banyak batu karang. Saking gedenya, aku sampai bingung mau menjelajah kemana. Akhirnya kuputuskan ke tempat yang banyak ceweknya saja hehehe.



 Kayak gini nih kondisi karang di pantai ini.
 
Di sini juga ada tempat pelestarian rumput laut lho. Ombaknya disini lumayan besar. Setelah puas menikmati ombak, akupun kembali ke mainland (berlebihan bgt istilahnya) melewati hamparan rumput laut yang hijau. Rasanya agak aneh sih, anget-anget geli gimana gitu, beda bgt ama air laut yang dingin.

 
Di pantai aku sempat iri melihat para pengunjung yg brgk rame2, ada yg maen sepak bola jg.

 
Dari pantai, ada tangga menuju ke atas dimana banyak penjual makanan dan suvenir berceceran. Akupun memutuskan untuk membeli kepiting sbg oleh2, tp sialnya kepitingnya pas habis semua. Selain kepiting, di sana juga dijual rumput laut dan udang yang ukurannya lmyn besar digoreng garing.

Setelah puas menikmati keeksotisan pantai Gunung Kidul (cailaaah), akupun memutuskan kembali lewat ruteku tadi. tapi aku belum berniat pulang sblm memakan bekalku di private beach (awas, yg blkg jgn ampe slh sebut) yg td kutemui, br ada kenangan dikit makan di tepi pantai. Sialnya aku lupa beli tisu shg terpaksa makan dg tangan yg entah hanya Tuhan yg tahu aku habis megang apa seharian (smg aku nggak sengaja megang keong racun tadi hehehe). Jalan pulang rupanya lbh sulit ditempuh drpd waktu brgk. Krn kakiku licin kena air laut, aku harus ekstra hati2 berjalan di tebing-tebing sepanjang rute kembali.

Salah satu kekagumanku waktu berjalan-jalan di daerah ini adalah ketika kita menengok di antara semak2, sll terhampar pemandangan pantai yang mengagumkan. Ini beberapa buktinya.



 
Jam 1 siang aku akhirnya nyampe di Baron dari. Sebelum plg, aku sempat memfoto tebing (syg fotonya ilang hiks). Pokoknya ngeri deh tebingnya, pastinya nggak bakal tertolong kl aku apa hapeku jatuh dr sini, hiy.
 
Di parkiran, aku mencari minibus jurusan Wonosari di antara bus2 sewaan. Aku akhirnya menemukannya di ujung parkiran (jalaaaaan terus ampe nabrak tembok, pasti ketemu). Atau kl pulang naek bus gede jg nggak apa-apa, asal nggak digebukin penumpangnya.

Setelah setengah jam menunggu, akhirnya busnya berangkat jg dg aku dan seorang penduduk lokal yang berjualan di pantai sbg penumpangnya. Wah, kayaknya hanya aku backpacker di antara ratusan pengunjung di situ (tapi nggak tau jg ya yg pake motor). Waktu perjalanan plg aku berpikir, berangkat td keren, tp plg2 wujudku dah kyk gembel. Semua gara2 celanaku yg basah kena air laut beberapa kali dan kaki penuh pasir.

Seakan-akan perjalananku belum cukup sengsara, oven berjalan ini berhenti ngetem lama sekali. Ditambah lagi, sopirnya ketiduran! Huh, kagak sopir angkot kagak anggota DPR, semuanya sama, kerjaannya molor pas bertugas. Tapi ambil aja sisi baiknya. Kan bagus pak sopir ketiduran pas ngetem, coba kalo ketidurannya pas lg nyetir, bs berabe hehehe.

Jam 14.50 akhirnya aku diturunin di perempatan Karangrejek. Kata sopirnya sama aja naek bus Yogya dari sini atau dr terminal, soalnya dari terminal, bus jurusan Yogya jg bakal lewat sini lg. Akhirnya aku turun dan memberikan uang 10rb untuk membayar. Tapi sialnya, ternyata aku membuat keputusan yg salah. Aku lp kl aku berniat membeli air minum di terminal. Selain itu, di Karangrejek bus sudah terlanjur penuh, shg aku tak leluasa memilih tpt duduk. Aku bahkan tak tega memanggil “benda” yg kutumpangi ini sbg bus. Dalam hati aku berdoa semoga aku bnr2 nyampe Yogya dg selamat, soalnya aku saja ragu rongsokan ini bakalan bisa nyampe ke perempatan berikutnya.

Jam 4 akhirnya bus-ku sampai ke terminal Giwangan (amazingly, in one piece). Agar praktis, aku memutuskan plg ke Solo naik bus saja. Dengan pertimbangan aku memang sudah berada di terminal shg tdk harus mengeluarkan biaya ekstra untuk transport dr terminal ke stasiun. Selain itu, belum jelas jg apakah aku nanti dapat tiket plg ke Solo, soalnya kereta sore biasanya byk peminatnya. Ditambah lg skrg ada pembatasan jmlh karcis kereta yg bs dijual. Mending yg pasti2 aja deh, naek bus dg tiket 10rb ke Solo. Tapi ada resikonya lho, soalnya perjalanan bakal tambah lama. Kl naek kereta, cuma makan waktu sejam, tapi kl naek bus bs ampe dua jam. Ini karena bus muter2 dl di kota Klaten. Tapi asyiknya, bus akan melewati candi Prambanan shg bs terlihat sekilas dr jalan. Ini dia fotonya.

Liat nggak tuh stupa di tengah? Itu tuh yang kecil.

Udah, biasa aja kali kl emg nggak jelas, lagian kan aku bukan fotografer profesional, cm backpacker dg kamera VGA :-(

Untung aku naek dr terminal shg mendapat tpt duduk yg nyaman. Blm keluar dr Yogya aja bus ini lgs penuh ampe berjejal-jejal (untung ngggak ada yg kentut spt tragedi yg kualami waktu naik kereta untuk mudik lebaran kmrn).

Perjalanan dua jam terasa amat sangat melelahkan. Selain krn bus penuh shg aku kehabisan stok oksigen, aku juga kelaparan, capek, pegal, dan hanya ditemani lagu Sabrina dr MP3-ku sbg hiburan. Jam 6 sore akhirnya aku turun di depan UMS dan naik angkot jurusan 01 ke rumahku. Aku beruntung pny rumah di pusat kota yg mudah dijangkau dg kendaraan umum, jd walaupun tak pny kendaraan pribadi, aku jrg mengalami kesulitan untuk pergi kmn2. Akupun sampai ke rumah tanpa membawa oleh2 apa2, kecuali lecet-lecet di beberapa bagian tubuhku (untung nggak kena bagian yg vital).

Banyak pengalaman yang kupetik dr perjalananku ini. Salah satunya adalah kita tidak bisa mengharapkan semua berjalan sesuai rencana kita. Jujur aja, aku awalnya berniat hanya menganggarkan 50ribu saja untuk backpacking ke Baron. Namun kenyataannya aku menghabiskan hingga 70rb (itu sudah di luar keperluan yg nggak penting bt dicatat, kyk beli arem2 pas kelaparan dan ke WC umum).

Well, ini memang bukan dunia yg ideal kawanku, dmn kita bs mendapatkan sgl yg kita inginkan, spt pengeluaran yg sesuai dg budget atau pny pacar kyk Lindsay Lohan. Selidik punya selidik, ternyata kegagalanku menjaga bugdet 50rb karena dua faktor, yaitu perut yg nggak bs diajak kompromi dan tarif bus yg kemahalan. Btw, ini dia rincian pengeluaranku selama travelling ke Baron.

Kereta Prameks Solo-Yogya 10.000
Bus trans ke terminal Giwangan 3.000
Bus ke terminal Wonosari 6.000
Nasi goreng dan teh 8.000
Minibus ke Baron 10.000
Tiket naik ke Kukup 1.000
Minibus plg dari Baron 10.000
Bus ke Yogya 5.000
Ngasih ke pengamen (kenapa aku mencatat ini?) 1.000
Bus ke Solo 10.000
Angkot 01 ke rumah 3.000
Total 67.000


BACKPACKING KE CANDI SUKUH, SOLO

 
Maaf ya buat penduduk Kapubaten Karanganyar, soalnya aku mencomot Candi Sukuh yg terletak di teritori kalian ke dalam wilayah Solo hehehe. Tapi emang candi ini cukup dekat karena hanya dua jam perjalanan dari Solo. Biaya backpacking dr Solo ke Candi Sukuh pun OMG murahnya. Aku aja cuma habisin 20rb. Sadis, nggak nguatin kan murahnya? Candi Sukuh cukup unik dibandingkan candi2 lainnya, soalnya bentuknya mirip piramida di Amerika Selatan.

Aku berangkat pada hari minggu. Awalnya aku rencana berangkat jm 7, tp karena keasikan jalan2 di Car Free Day, jadi kesiangan deh ampe rumah. Setelah mandi dan sarapan, aku pun berangkat dengan hanya berbekal Mister Burger buat makan siang, susu kotak, ama aqua 600 ml. Awalnya aku berencana naik bus Batik Solo Trans yg nyaman abis, tp aku br ingat kl hr mgg jalan Slamet Riyadi ditutup ampe jm10 bt acara Car Free Day. Akhirnya aku naik bus Atmo dengan tarif 2.500 rupiah ke Kampus UNS (Universitas Sebelas Maret, jgn nanya kenapa singkatannya nggak USM aja). Ini nih gerbang kampusnya.
 
Dari depan kampus UNS aku naek bus jurusan Tawangmangu. Kenapa harus dr dpn kampus UNS? Soalnya transport ke terminal bus Tirtonadi Solo lumayan susah (berantakan lg terminalnya). Kl kalian dr Yogya, aku saranin kalian naek pramek dr Yogya lalu turun di stasiun Balapan dan naek bus Atmo. Atau kalian juga bisa turun di stasiun Purwosari lalu naik Bus Solo Trans, lalu turun di UNS. Dr dpn kampus, kalian tggl naek bus menuju Tawangmangu.

Perjalanan lumayan lama kl naek bus, bisa 1,5-2 jam. Untung aku ada temen ngobrol anak perhotelan yg mau liburan ke Tawangmangu. Nah, jangan kebablasan lho turunnya! Kalo mau ke Candi Sukuh, kalian harus turun di terminal Karangpandan, itu sebelum terminal Tawangmangu. Oya, kl kalian belum tau apa itu Tawangmangu, Tawangmangu adalah lokasi wisata yang terletak di Gunung Lawu, sebelah timur kota Solo, letaknya di Kabupaten Karanganyar. Di sana banyak bgt objek wisata, kayak air terjun Grojogan Sewu, air terjun Jumog, Candi Sukuh, dan Candi Cetho.

Akhirnya satu setengah jam kemudian aku nyampe di terminal Karangpandan. Ini nih terminalnya.
 

Gapura ini katanya terinspirasi sama gapura di Candi Cetho.
 
Begitu turun di terminal Karangpandan, aku langsung naek minibus jurusan Nglorok. Kl nggak tau minibusnya yg mana, nanya aja ama org2 yg ada di sekitar situ. Tarifnya cuma 2.500 rupiah. Jangan malu jg bt mnt tlg ke sopirnya dikasi tau kl dah nyampe Nglorok, br nggak kebablasan nt. Di sepanjang perjalanan, aku melihat sungai yang jernih ini mengalir di sisi sebelah kananku.
 

Wah masih banyak batu2 kalinya, terasa di pegunungan banget. Tapi entah knp Tawangmangu skrg panas banget hawanya. Apa gara2 global warming ya?

Sesampainya di Nglorok, aku turun di sebuah pertigaan. Begini nih suasana di Nglorok.
 
Bagus kan? Kl kalian mau ke candi Sukuh, ada dua cara.
  1. Jalan kaki menanjak sekitar 1 km. sangat tidak aku recommend! Sialnya aku memilih option ini.
  2. Naik ojek dengan harga 5rb saja (for your own sake, lebih baik kalian pilih option ini!)

Nah, karena menganggap enteng jalur ini, akhirnya aku memutuskan berjalan kaki dr Nglorok ke Candi Sukuh (sampai skrg tidak sedetik pun kulalui tanpa menyesali keputusanku ini, hiks). Aduh gila, capek bgt! Aqua 600 ml lgs aku sedot abis saking capeknya. Tiap 10 langkah aku terpaksa berenti gr2 nggak kuat.

Sambil kelelahan, di jalan, aku mulai memaki, “This temple better be f**cking worthed!”

Begitu sampai di candi, jgn nyelonong masuk aja. Kalian harus beli tiket. Ini nih tempatnya.
 
Begitu masuk kawasan candi, kalian sebaiknya membaca sebentar sejarah candi ini di papan pengumuman ini biar nggak nge-blank2 amat pas masuk.
 
Ini nih gerbang (gapuro) masuk ke candi. Dah terasa kan nuansa piramidnya?
 
Ada pengalaman yg cukup bikin bete disini. Waktu mau foto gapura ini, ada cewek2 yg sok cakep sibuk foto2 narsis di situ berjam-jam! Huh nunggu lama bgt ampe mrk pergi. Sial! Padahal aku kan kesini nggak untuk narsis2an, tp untuk mengabadikan monumen sejarah yg bagus ini, lalu menggunakannya sbg latar blkg foto2 narsisku (lho?).

Btw disini ada relief cukup sadis di sini, which is raksasa yang memangsa manusia. Ternyata ini ada artinya lho, yaitu sengkalan (tahun pembuatan) candi ini, yaitu 1359 Saka (1437 M). Sayangnya relief itu tidak terlihat jelas di fotoku, karena letaknya cukup tinggi dan mataharinya lg pas di atasku.

Nah, di dalam gapura ini ada lorong dengan relief di dasarnya. Konon menurut cerita, lorong ini digunakan untuk mengetes keperawanan seorang gadis. Kl ada cewek yg udah nggak virgin lagi lewat di atas relief tersebut, konon bajunya bakal sobek. Namun sekarang gapura ini ditutup dan tidak boleh dimasuki. Soalnya gara2 banyak org yg pengen mencobanya, dikhawatirkan relief ini bisa rusak. Waduh, padahal kan aku juga ingin mengetes keperawananku hehehe (jijay!).
 
Eh nyadar nggak sih tuh gambar apa? ntar deh kuberitahu. Btw, pmandangan dari kawasan candi cukup breathtaking lho. Kayak gini nih.

 
Keren kan? Nah, ini adalah relief kepala raksasa yang terdapat di bagian belakang gapura. Buat apa ya relief serem gini? Mgkn bt nakut2in cewek2 yg dah nggak virgin lg kali.
 
Di bagian sisi gapura juga terdapat relief yang mengingatkanku pada relief suku Maya dan Inca di Amerika Selatan.
 
Di dalam kawasan candi tampak beberapa buah batu yang entah apa gunanya ini. Kayak peninggalan megalitikum ya?
 
Untuk melihat candi utama, kita harus melewati tangga sempit ini. Kayaknya enteng, tapi anak tangganya cukup curam lho.
Setelah melewati gerbang kedua, barulah tampak bangunan candi utama. Wah piramid banget! Berasa lagi wisata di Peru.
 
Di sekeliling candi utama, berceceran patung-patung dan relief-relief keren. Ini salah satunya, patung garuda tanpa kepala. Wah, saingannya Venus de Milo nih.
 
Agak serem jg disini, soalnya banyak patung tanpa kepala. Kalo patung garudanya lengkap, bakal kayak gini kali ya.
 
Hmm…mukanya agak aneh. Disini juga tampak patung raksasa serem yang menjaga candi dengan pentungannya.
 
Mukanya sih serem, tapi sayangnya cebol jd nggak nakutin hehehe. Kenapa dulu kl mau bikin arca raksasa nggak yg gede skalian? Disini juga terlihat arca kura-kura yang menyerupai meja. Kuhitung ada tiga. Kayak gini nih.
 
Terlihat juga sebuah candi kecil dengan relung kecil di dalamnya. Ada sisa-sisa sesajen di dalamnya, jadi kusimpulkan candi ini masih digunakan oleh penduduk sekitar.
 
Ini adalah relief di sekitarnya.
 
Aku juga melihat sebuah panggung batu kecil dengan tugu menyerupai obelisk.
 
Ini relief di tugu tersebut. Wah, Inca banget!
 
Ini candi dilihat dari panggung yang kuceritakan.
 
Heran juga ya, kenapa candi ini bentuknya lain dengan yang lain? Aku pernah dengar teori “Ancient Alien” yang mengatakan kalo piramida di Mesir dan Amerika Selatan dibangun oleh alien dengan teknologi canggih. Apa candi ini juga dibangun alien juga? Wah, percaya bgt ama cerita gituan. Menurut para ahli sejarah, candi ini dibuat dengan bentuk megalitikum begini karena pembangunannya kekurangan modal, karena dibuat pada masa penghujung dinasti (pas bangkrut2 gitu deh). Piramid sebenarnya adalah bentuk yang paling sederhana dan mudah untuk dibuat. Makanya bentuk candi ini begini. Wah, ternyata nggak ada sangkut pautnya sama alien ya, hehehe. Lagipula ngapain juga alien mau ke Indonesia. Mau nyulik Ken Dedes?

Oya, Candi Sukuh ini punya keistimewaan lain selain bentuknya yang mirip piramida, yaitu arca2nya yang erotis. Ini nih contohnya.
 
Hahaha…porno banget kan? Dengar2 di dunia cuma ada 2 candi yg pny relief porno gini, satunya lg di India. Emg sih beberapa relief dan arca disini keliatan banget bentuk alat kelaminnya. Kl diperhatiin jg relief yg ada di gapura depan (yg kl dilewatin cewek yg nggak virgin bajunya bs robek) tuh sebenarnya menggambarkan alat kelamin laki-laki dan perempuan. Liat aja gambarnya yang ada di atas kl nggak percaya. Hmm….tapi gede2 amat ya barangnya nenek moyang kita dulu, apa digedein sm alien? Alah, apa-apa alien, dasar!
 
Wah, begitu liat arca-arca erotis ini, aku langsung kepengen…kepengen foto2 maksudnya hahaha.

Udah jauh2 ke Candi Sukuh, nggak seru dong kalo nggak naik ke puncak candi. Kita harus melewati lorong sempit dengan jalan yang curam untuk menuju ke atas. Candi ini bentuknya piramida dengan bagian atas yang rata, istilahnya piramida terpancung. Nah ini nih pemandangan dari atas candi.
 
Tapi bagian atas piramida ini bukan untuk tempat mendarat UFO lho. Kayaknya bagian atas candi ini digunakan untuk upacara keagamaan. Di bagian tengah, terdapat relung yang masih digunakan untuk menaruh sesajen.
 
Ada perasaan aneh menyelimutiku saat turun. Kayak perasaan tenang dan sunyi ketika melewati lorong bertangga ini. Dindingnya juga dingin bgt.
 
Relief ini maksudnya apa ya, aku nggak ngerti,
 
Nah, ini relief lain di kawasan candi. Wah kl yg ini terasa kyk di Angkor Wat!
 
Yang mengejutkan, aku menemukan relief alien di sini, OMG!
 
Hahaha bo’ong ding. Itu tuh hiasan kepala tokoh pewayangan, kayak gini nih.
 
Hehehe…ketipu ya. Iseng-iseng aku memutar bagian belakang candi, terlihat tumpukan batu-batu ini. Apa ini candi apa tumpukan batu biasa, aku nggak tahu.
 
Di sisi kanan candi, terdapat anak tangga yang kayaknya sih bagian “exit” kawasan Candi Sukuh.
 
Di dekatnya ada lubang aneh ini.
 
Apa ya itu? Jangan-jangan meriam laser. Yah mulai deh alien lagi. Kayaknya sih ini saluran air gitu.

Setelah puas berfoto-foto, akupun meninggalkan kawasan Candi Sukuh. Semula aku berniat melanjutkan perjalananku ke Candi Cetho, tapi ternyata jarak kedua candi sekitar 12 km. Akhirnya kuurungkan niatku dan kembali ke Nglorok untuk plg ke Solo. Jalanan menanjak menuju Nglorok yang tadi kulalui hingga bercucuran keringat, darah, dan air mata (hah, lebay) kini menjadi turunan curam. Wah remnya nggak boleh blong nih, bs bahaya! Saranku, kalau kalian ke sini naik ojek, minta aja abang ojeknya menunggu di depan candi biar bs sekalian ngantar kalian pulang, soalnya di depan candi agak susah untuk menemukan ojek.

Di depan Nglorok aku menunggu angkutan untuk pulang. Iseng-iseng aku memotret batu besar yg secara “misterius” terbelah ini. Waduh, gimana ya batu segede ini bs terbelah. Apa ini dibelah alien (hehehehe…bs2 aku ditimpuk pembaca blog-ku kl nyebut alien terus).
 
Tak diduga angkot menuju terminal Karangpandan lama bangeeeet nunggunya. Sialnya pas kutinggal bentar beli pulsa, eh angkotnya lewat (jadi berasa kayak episode Spongebob pas kesasar ke Rock Bottom, saus tartar!). Akhirnya aku duduk di depan toko besi (yang anehnya justru menjual kandang ama pakan burung), terus nanya2 sama mas-nya yg jualan di situ. Ternyata kawasan ini juga dekat dengan Air Terjun Jumog. Tarif ojek kesana jg cm 4 ribu. Naek ojek ke Cetho juga bs naik ojek dr sini seharga 25rb. Tapi krn aku dah prnh ke Jumog dan udah males mau ke Cetho, akhirnya aku tetap memutuskan untuk pulang. Apalagi aku dapet sms mengejutkan dr temenku di Solo kl ada bom meledak di gereja Kepunton, Solo.

Akhirnya angkot ke Karangpandan pun tiba. Di sepanjang perjalanan, ada penampakan alam yg membuatku tertarik dan dipenuhi tanda tanya, yaitu bukit ini.


Bentuknya mirip piramida kan? Jangan2 ini piramida yg terkubur kyk di Cina dan Bosnia (dengar2 di Jawa Barat jg ada). Mulai deh pikiranku melayang ke masalah alien lagi. Cape deh.

Anehnya, kl td aku naek angkot dihargai 2.500 rupiah, sekarang aku dihargai 3.000 rupiah. Pulangnya ke Solo lbh aneh lg, soalnya aku cuma ditarik 4 rb aja. Oya, bus yg kunaiki bus non-AC lho. Kl bus AC kalian siap2 aja merogoh kocek kira2 8rb (kecuali kl tampang kalian bule mgkn dimahalin dikit). Perjalanan naek bus non-AC sgt sengsara kuakui. Karena mengandalkan AC berupa angin cendela (angin dr jendela kamsudnya), maka sejuknya cuma pas bus jalan aja (dan sialnya busnya ngetem lama bgt di terminal dan pom bensin). Lebih sial lg, si sopir nyetel lagu dangdut selama perjalanan (nggak ada lagunya Ayu Ting Ting lagi, huh!). Gara2 nggak tahan, lgs kukeluarin dan koleksi lagu K-Pop untuk hiburan sepanjang perjalanan.

Di dalam perjalanan aku mikir2, seandainya aku nyampe di Candi Cetho dl (yg letaknya lbh tinggi), mungkin aku bs turun ke Candi Sukuh dg berjalan kaki. Konon dr blog yg dl prnh kubaca, perjalanan 12 km dr Cetho ke Sukuh tak terasa karena melewati perkebunan teh yang sejuk dan indah. Yah, salah jalur nih. Tapi nggak apa-apa lah. Lain kali mgkn aku bs mengajak kawan backpacker berpetualang ke kedua candi itu.

Btw nggak percaya aku ngabisin duit 20.000 doank? Ini buktinya:
Bus ke UNS : 2.500
Bus ke Terminal Karang Pandan : 6.000
Minibus ke Nglorok : 2.500
Tiket masuk candi : 3.000
Minibus ke Terminal Karang Pandan : 3.000
Bus ke Solo : 4.000
Total : 21.000

Hehehe 21 ribu trnyta, tapi ttp murah khan?